Fenomena “pandemi kesepian“ atau loneliness epidemic kini menjadi masalah serius di Korea Selatan. Seiring dengan perubahan sosial yang cepat, modernisasi, dan urbanisasi, jumlah orang yang meninggal dalam kesepian atau “godoksa” (孤獨死) terus meningkat. Kasus-kasus ini kerap ditemukan tanpa ada keluarga atau teman yang menyadarinya, membuat fenomena ini menciptakan krisis baru dalam kesehatan masyarakat.
Kesepian sebagai Krisis Sosial
Laporan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan menunjukkan peningkatan angka kematian akibat kesepian dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, terdapat lebih dari 3.000 kematian karena kesepian, dengan sebagian besar korbannya adalah lansia dan kaum muda yang tinggal sendiri. Fenomena ini muncul di tengah tren isolasi sosial yang semakin tinggi dan berkurangnya interaksi antarindividu.
Kehidupan perkotaan yang padat membuat banyak orang, terutama di kota besar seperti Seoul, merasa teralienasi meski dikelilingi orang. Orang-orang yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan dan tekanan ekonomi sering kali tidak memiliki waktu untuk membangun hubungan sosial yang bermakna.
Dampak pada Generasi Muda dan Lansia
Meski sebagian besar korban berasal dari kalangan lansia, generasi muda di Korea Selatan juga mulai terpengaruh. Tingginya tekanan akademis dan persaingan kerja membuat banyak anak muda merasa kesepian dan tertekan. Mereka cenderung hidup sendiri dan bergantung pada dunia virtual untuk mencari hiburan, namun kurang memiliki interaksi sosial nyata.
Untuk kalangan lansia, banyak dari mereka yang kehilangan pasangan atau keluarga dan akhirnya hidup sendirian tanpa dukungan emosional. Ditambah dengan budaya individualisme yang semakin kuat, keluarga sering kali tidak merasa bertanggung jawab untuk merawat anggota lanjut usia mereka.
Pemerintah Berupaya Atasi Pandemi Kesepian
Melihat krisis yang semakin meluas, pemerintah Korea Selatan mulai mengambil langkah-langkah serius. Pada 2023, Korea Selatan memperkenalkan “Undang-Undang Pencegahan Kesepian dan Isolasi Sosial” untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang hidup sendiri. Langkah ini melibatkan penyediaan layanan konseling, pemantauan, serta kegiatan komunitas agar masyarakat bisa lebih terhubung secara sosial.
Selain itu, pemerintah juga berupaya mendorong interaksi antarwarga dengan membuka lebih banyak pusat komunitas dan mengadakan program-program yang dapat memfasilitasi pertemuan sosial, baik untuk lansia maupun kaum muda.
Budaya Kerja dan Tekanan Sosial Jadi Faktor Pemicu
Budaya kerja di Korea Selatan juga dianggap menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya kesepian. Jam kerja panjang dan tuntutan untuk selalu produktif membuat banyak orang kesulitan menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional. Bahkan setelah pulang kerja, banyak pekerja memilih untuk tidak berinteraksi dengan orang lain karena sudah kelelahan.
Tekanan untuk mencapai kesuksesan juga menciptakan rasa isolasi. Banyak orang merasa malu atau enggan untuk mencari bantuan emosional, terutama karena adanya stigma terhadap masalah kesehatan mental.
Kematian Tanpa Terdeteksi
Kasus godoksa menjadi perhatian publik karena banyak korban ditemukan setelah berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu meninggal di rumah mereka. Hal ini menunjukkan lemahnya sistem deteksi sosial di masyarakat perkotaan. Dalam beberapa kasus, korban baru ditemukan setelah tetangga mencium bau tak sedap atau setelah pihak berwenang dihubungi karena korban tidak terlihat selama beberapa waktu.
Kesimpulan: Perlu Kolaborasi Semua Pihak
Pandemi kesepian di Korea Selatan bukan hanya masalah individu tetapi juga krisis sosial yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Kolaborasi antara pemerintah, keluarga, komunitas, dan tempat kerja diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan peduli terhadap kesehatan emosional.
Membangun hubungan sosial yang lebih baik dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental adalah kunci untuk mencegah lebih banyak orang jatuh dalam kesepian yang mematikan. Upaya pencegahan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kematian akibat kesepian dan membangun masyarakat yang lebih terhubung dan peduli.