Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus menekan agar United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) mengakhiri misinya di Lebanon. Netanyahu dan pemerintah Israel berulang kali menuduh UNIFIL gagal menjalankan mandatnya untuk mengekang aktivitas Hizbullah, kelompok militan yang beroperasi di wilayah tersebut. Ketegangan antara Israel dan Lebanon pun semakin meningkat, terutama dengan potensi konflik baru di sepanjang perbatasan kedua negara.
UNIFIL dan Peran di Lebanon
UNIFIL didirikan pada tahun 1978 sebagai misi penjaga perdamaian PBB setelah invasi pertama Israel ke Lebanon. Tugas utamanya adalah memastikan penarikan pasukan Israel dari Lebanon dan menjaga stabilitas di wilayah perbatasan. Selain itu, UNIFIL juga berfungsi untuk mencegah eskalasi militer antara Israel dan kelompok bersenjata, seperti Hizbullah.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, UNIFIL mendapat kritik keras dari Israel, yang menilai bahwa misi tersebut gagal menghentikan penyusupan dan penguatan milisi Hizbullah di wilayah selatan Lebanon.
Alasan Netanyahu Desak Pengakhiran Misi UNIFIL
- Tuduhan Tidak Efektif
Netanyahu berulang kali menyatakan bahwa UNIFIL tidak efektif dalam mencegah Hizbullah memperkuat posisinya di dekat perbatasan Israel. Militer Israel melaporkan bahwa Hizbullah terus membangun terowongan lintas perbatasan dan meningkatkan persenjataannya meski ada kehadiran pasukan PBB. - Ancaman Keamanan Nasional Israel
Netanyahu menganggap keberadaan Hizbullah sebagai ancaman eksistensial bagi Israel. Ia berpendapat bahwa kehadiran UNIFIL memberikan celah bagi Hizbullah untuk mempersiapkan serangan terhadap Israel. Oleh karena itu, Netanyahu mendesak agar misi tersebut segera berakhir, memungkinkan Israel untuk bertindak langsung terhadap ancaman di wilayah perbatasan. - Koalisi dengan Amerika Serikat
Netanyahu juga mendapat dukungan dari sejumlah sekutu di Amerika Serikat, yang mempertanyakan efektivitas UNIFIL. Israel berharap agar dengan menarik UNIFIL, mereka akan mendapat kebebasan lebih besar dalam menjalankan operasi militer preventif terhadap Hizbullah tanpa kendala diplomatik.
Respons Lebanon dan PBB
Pemerintah Lebanon menolak desakan Netanyahu dan menegaskan pentingnya kehadiran UNIFIL untuk menjaga stabilitas di kawasan. Lebanon berargumen bahwa tanpa kehadiran pasukan perdamaian PBB, situasi di perbatasan bisa semakin memburuk dan memicu eskalasi militer yang lebih besar.
PBB juga menekankan bahwa meskipun ada tantangan di lapangan, misi UNIFIL masih diperlukan untuk mencegah konflik langsung antara Israel dan Hizbullah. Dewan Keamanan PBB sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan misi tersebut.
Hizbullah dan Potensi Konflik
Hizbullah menanggapi tekanan Israel dengan ancaman balasan, menyatakan bahwa upaya pengusiran UNIFIL akan dianggap sebagai langkah provokatif. Hizbullah menuduh Israel berusaha mencari alasan untuk melakukan serangan militer terhadap Lebanon. Kelompok ini juga menyatakan bahwa mereka siap melawan setiap bentuk agresi dari Israel.
Kesimpulan
Desakan Netanyahu agar UNIFIL angkat kaki dari Lebanon menunjukkan meningkatnya ketegangan di kawasan. Bagi Israel, keberadaan UNIFIL di anggap menghalangi upaya penanganan ancaman dari Hizbullah secara langsung. Di sisi lain, Lebanon dan PBB justru menilai kehadiran pasukan perdamaian sangat penting untuk menjaga stabilitas.
Keputusan tentang masa depan UNIFIL tidak hanya akan mempengaruhi hubungan Israel-Lebanon tetapi juga berdampak signifikan terhadap keamanan regional. Jika misi ini di hentikan, potensi konflik di perbatasan kedua negara bisa meningkat dan membuka babak baru dalam ketegangan Timur Tengah.