Korsel Marah Gegara Kehadiran Tentara Korut di Rusia

Korsel Marah Gegara Kehadiran Tentara Korut di Rusia

Hubungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) kembali memanas, kali ini di picu oleh kehadiran tentara Korut di Rusia. Pemerintah Korsel secara terbuka menyatakan kekesalan dan kekhawatirannya terhadap langkah tersebut, yang di anggap memperburuk stabilitas di Semenanjung Korea dan berpotensi memperluas aliansi militer antara Korut dan Rusia.

Menurut laporan intelijen, tentara Korut diketahui hadir dalam kegiatan militer bersama di wilayah Rusia. Kehadiran tersebut memperkuat dugaan bahwa Rusia dan Korut menjalin kerja sama strategis, terutama setelah adanya pertemuan antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin beberapa waktu lalu.

Respons Korea Selatan: Khawatir Akan Aliansi Berbahaya

Seoul menganggap kehadiran tentara Korut di Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanan regional dan internasional. Pihak berwenang Korsel menyatakan bahwa kerja sama militer antara kedua negara itu bertentangan dengan sanksi internasional yang di terapkan terhadap Korut.

Dalam konferensi persnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel menyebutkan bahwa pihaknya telah melayangkan nota protes kepada Moskow dan mendesak Rusia agar tidak melanjutkan kerja sama militer dengan Pyongyang. “Langkah ini bisa mengubah tatanan keamanan di Asia Timur dan memicu peningkatan ketegangan,” ujar pejabat tersebut.

Korsel juga meminta dukungan dari sekutu internasional, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, untuk memastikan bahwa kolaborasi antara Rusia dan Korut tidak mengancam perdamaian di Semenanjung Korea.

Rusia dan Korea Utara: Apa Motif di Balik Kerja Sama?

Sejumlah analis menilai bahwa kerja sama militer antara Rusia dan Korut merupakan respons atas isolasi internasional yang di alami kedua negara tersebut. Rusia, yang berada di bawah sanksi berat akibat konflik di Ukraina, di perkirakan mencari dukungan dari Pyongyang dalam bentuk pasokan amunisi dan senjata.

Sementara itu, Korut di yakini mencoba memperkuat hubungan strategis dengan Rusia untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat di Asia Timur. Kerja sama ini di nilai sebagai langkah Pyongyang untuk mematahkan sanksi internasional dan memperoleh akses terhadap teknologi militer Rusia.

Kecaman Internasional

Selain Korsel, sejumlah negara di dunia turut menyuarakan kekhawatiran atas kehadiran tentara Korut di Rusia. Amerika Serikat menegaskan akan mengawasi perkembangan ini dengan cermat dan mempertimbangkan langkah lebih lanjut jika kerja sama militer itu berlanjut.

PBB juga telah menyoroti hubungan antara kedua negara, mengingat Korut saat ini berada di bawah embargo senjata internasional. Kerja sama militer apa pun dengan Korut di nilai melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang bertujuan membatasi kemampuan militer negara tersebut.

Dampak pada Stabilitas Regional

Para pengamat memperingatkan bahwa kolaborasi Rusia dan Korut berpotensi memperburuk situasi keamanan di Semenanjung Korea. Korsel mungkin akan meningkatkan anggaran pertahanan dan memperkuat aliansi militernya dengan Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman yang muncul.

Selain itu, langkah Rusia ini di prediksi dapat memperkeruh hubungan Moskow dengan negara-negara Asia Timur, termasuk Jepang dan Korsel, yang menganggap tindakan tersebut sebagai provokasi.

Kesimpulan

Kehadiran tentara Korut di Rusia telah memicu respons keras dari Korsel, yang khawatir akan meningkatnya ketegangan dan potensi konflik baru di kawasan Asia Timur. Aliansi militer antara Rusia dan Korut bukan hanya masalah bagi Korsel, tetapi juga bagi komunitas internasional yang berupaya menjaga perdamaian di kawasan tersebut.

Jika situasi ini tidak di tangani dengan tepat, kolaborasi tersebut bisa semakin memperumit di namika geopolitik di Asia Timur dan mendorong perlombaan senjata di kawasan. Korsel bersama sekutunya di perkirakan akan terus memantau dan menekan Rusia agar mengurangi interaksi militer dengan Korut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *