Kenapa Beijing ‘Alergi’ dan Marah China Taipei Disebut Taiwan?

Kenapa Beijing 'Alergi' dan Marah China Taipei Disebut Taiwan?

Jakarta, 10 Agustus 2024 – Hubungan antara Beijing dan Taiwan telah lama menjadi salah satu isu paling sensitif di dunia politik internasional. Pemerintah Tiongkok, yang berbasis di Beijing, kerap menunjukkan reaksi keras setiap kali Taipei disebut sebagai “Taiwan” dalam konteks kenegaraan atau ketika ada pernyataan yang mengarah pada pengakuan kemerdekaan Taiwan. Artikel ini akan mengulas alasan di balik respons keras Beijing terhadap penyebutan Taiwan dan mengapa hal ini sangat penting bagi pemerintah Tiongkok.

 

Latar Belakang Sejarah: Dua China

Perpecahan antara Beijing dan Taipei berakar pada sejarah panjang yang dimulai pada akhir Perang Dunia II. Setelah perang, Partai Komunis Tiongkok, yang dipimpin oleh Mao Zedong, berhasil mengalahkan pasukan Kuomintang (KMT) dalam Perang Saudara Tiongkok. Pada tahun 1949, KMT, yang di pimpin oleh Chiang Kai-shek, melarikan diri ke pulau Taiwan dan mendirikan pemerintahan di sana. Sementara itu, Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok di Beijing.

Sejak saat itu, Beijing mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari Tiongkok, meskipun pulau itu memiliki pemerintahan sendiri yang berfungsi secara independen. Pemerintah Taiwan, yang menyebut di rinya sebagai “Republik China”, juga mengklaim sebagai pemerintahan sah atas seluruh Tiongkok, meskipun klaim ini telah semakin di tinggalkan seiring waktu.

 

Prinsip “Satu China”

Salah satu alasan utama mengapa Beijing sangat sensitif terhadap penyebutan Taiwan sebagai entitas terpisah adalah prinsip “Satu China”. Prinsip ini merupakan dasar dari kebijakan luar negeri Tiongkok, yang menegaskan bahwa hanya ada satu Tiongkok, dan bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tiongkok. Beijing menuntut agar negara-negara lain mengakui prinsip ini sebagai syarat untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok.

Jika sebuah negara, organisasi internasional, atau perusahaan besar menyebut Taiwan sebagai negara terpisah atau mengakui kedaulatan Taiwan, Beijing akan bereaksi dengan marah. Hal ini sering kali di ikuti dengan protes diplomatik, ancaman sanksi ekonomi, atau bahkan tindakan militer, seperti latihan perang di sekitar Selat Taiwan.

 

Pengaruh Politik dan Ekonomi

Taiwan memiliki posisi strategis yang penting, baik secara politik maupun ekonomi. Taiwan adalah salah satu pusat teknologi global, khususnya dalam produksi semikonduktor, yang merupakan komponen vital dalam banyak industri modern. Mengingat pentingnya Taiwan dalam rantai pasok global, Tiongkok berupaya keras untuk memastikan bahwa tidak ada negara yang berani mengakui kemerdekaan Taiwan, karena hal ini dapat melemahkan klaim kedaulatan Tiongkok atas pulau tersebut.

Selain itu, Beijing juga khawatir bahwa pengakuan internasional terhadap Taiwan sebagai negara merdeka dapat memicu gerakan separatis di wilayah lain seperti Tibet atau Xinjiang, yang juga menjadi sumber ketegangan dalam negeri bagi Tiongkok.

 

Dampak Internasional

Ketegangan antara Beijing dan Taipei sering kali mempengaruhi hubungan internasional Tiongkok dengan negara-negara lain. Negara-negara yang berusaha meningkatkan hubungan dengan Taiwan sering kali menghadapi reaksi keras dari Beijing. Misalnya, pada tahun 2020, ketika Amerika Serikat semakin mendekati Taiwan dengan menjual senjata canggih ke pulau tersebut, Beijing merespons dengan mengintensifkan latihan militer di sekitar Selat Taiwan dan menerapkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Amerika.

Beijing juga menggunakan kekuatan ekonominya untuk menekan negara-negara kecil yang ingin mengakui Taiwan. Banyak negara di Pasifik dan Amerika Latin yang pada awalnya memiliki hubungan diplomatik dengan Taipei, kemudian memutuskan untuk mengalihkan pengakuan mereka kepada Beijing setelah menerima insentif ekonomi.

 

Kesimpulan

Respons keras Beijing terhadap penyebutan Taiwan sebagai entitas terpisah mencerminkan kepekaan ekstrem Tiongkok terhadap masalah kedaulatan nasional dan integritas teritorial. Bagi Beijing, pengakuan atas Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok adalah hal yang tidak dapat di negosiasikan, karena terkait langsung dengan stabilitas dalam negeri dan posisi Tiongkok di dunia internasional.

Kebijakan “Satu China” tetap menjadi inti dari pendekatan Tiongkok terhadap isu Taiwan, dan pemerintah di Beijing akan terus menggunakan segala cara, baik diplomatik, ekonomi, maupun militer, untuk mempertahankan klaimnya atas pulau tersebut. Bagi komunitas internasional, memahami sensitivitas ini adalah kunci dalam menjaga hubungan yang stabil dengan Tiongkok.

Updated: 10/08/2024 — 2:18 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *